Perspektif Agama Konghucu Terhadap Upaya Pelestarian dan Perlindungan Hutan
Melindungi alam, mengasihi kehidupan sendiri
Melindungi alam adalah mengasihi
diri sendiri, mengapa demikian?. Sebab
pada hakekatnya langit, bumi, manusia,
dan
laksa benda di alam semesta adalah satu kesatuan
yang bulat, yang tak boleh kurang satupun dari keempatnya. Jika hanya ada unsur langit, bumi, dan laksa
makhluk, namun tidak ada unsur manusia,keberadaan alam menjadi tak bermakna. Sebaliknya, tanpa langit dan bumi manusia dan laksa benda tak akan dapat eksis. Demikian pula bila
hanya ada langit,
bumi dan manusia,
namun tidak ada laksa benda lainnya,
manusia tidak mungkin dapat bertahan hidup dan alam raya pun menjadi
ruang hampa yang penuh
kesunyian. Langit, bumi, dan manusia, dan laksa benda adalah empat komponen pembentuk alam semesta yang
saling bergantung dan berkaitan erat.
Sebagai bagian dari alam manusia tidak boleh hidup eksklusif
dari alam. Namun materialisme, utilitarianisme, dan
teknologi telah membuat
manusia berseru lantang
mau menaklukan alam semesta!. Begitu manusia menyatakan diri beroperasi dengan alam, maka selangkah
demi selangkah pelan namun pasti
manusia telah membawa masa depannya ke dalam jurang kehancuran.
Pada hakekatnya Langit bagaikan
alat, Bumi bagaikan
tulang otot, dan pembuluh darah,
sedangkan manusia adalah
badan jasmani sementara Laksa Benda
adalah mata, hidung, telinga, mulut, alis, rambut,
tangan dan
kaki. Perpaduan
semua bagian
dan organ
inilah yang membentuk tubuh seorang
manusia yang
utuh. Demikian pula adalah perpaduan keempat komponen : langit, bumi,
manusia dan
laksa benda yang membentuk alam
semesta raya yang
sempurna. Sebagai bagian
dari alam, manusia
harus hidup
sejalan dan seirama dengan alam,
dan inilah
kebenaran
hidup.
Perilaku
yang
dibuat-buat, sikap munafik,
egoisme, kekakuan,
keserakahan, kejahatan, nafsu,
dan ambisi
yang berlebihan adalah betentangan dengan kebenaran alam.
Menyaksikan keindahan, keharmonisan, keseimbangan, dan keselarasan serta efisiensi alam yang sempurna. Kita hanya dapat
berdecak kagum akan kebsaran dan keagungan sang
pencipta Tuhan yang maha pengasih. Surya , Rembulan, dan binatang yang gemerlap,
samudera dan daratan yang luas, gunung yang tinggi menjulang. Sungai yang tak henti mengalir, langit biru, awan yang putih, pohon yang rindang,
rumput yang
hijau, bunga yang indah
berwarna- warni dan harum semerbak,
unggas yang terbang di angkasa hewan
yang berlarian di hutan, ikan yang berenang
di air, serta angin,
hujan, embun, pelangi, dan kilauan senja adalah manifestasi energi kehidupan alam yang paling nyata!.
Sayang sekali,
karena arogansi, kesombongan, dan ketidaktahuan, manusia menganggap diri sebagai penguasa
dan penakluk alam, dan tidak pernah mau menghargai kehidupan makhluk lain. Menganggap adalah haknya untuk menguasai dan mengeksploitasi kehidupan makhluk dan benda lain sekehendak hatinya. Bertolak
dari pandangan Manusialah yang Termulia yang egoistic, manusia merusak alam dengan semena-mena, bahkan menghambur-hamburkan sumberdaya alam tanpa sayang sedikitpun. Namun,
begitulah manusia mencoba menghancurkan alam, yang terjadi adalah manusia menghancurkan dirinya sendiri!. Ketika manusia menghambur-hamburkan sumberdaya
alam yang terjadi adalah manusia sedang menyia-nyiakan hidupnya
sendiri. Manusia adalah bagian dari kesatuan alam yang tidak terpisahkan, baik makhluk unggas, yang merayap, atau yang hidup dalam air adalah denyut nadi dan nafas kehidupan alam yang paling nyata dan hidup!.
Gugusan gunung yang asri,
bumi yang hening
diam, rerumputan yang menghijau, pepohonan yang rindang. Langit biru yang
luas tanpa batas, awan yang indah dengan sejuta bentuk, telaga yang hening bagaikan cermin, dan
langit dengan bintang-bintang yang gemerlapan,
adalah keindahan alam yang hening. Sementara burung yang beterbangan, ikan yang berenang kesana kemari,
hewan yang berlarian dalam keriangan,
dan gemercik mata air, sungai
yang mengalir deras, samudera
yang bergelora, serta berdesirnya angin, rintik-rintik hujan, gemuruh guntur, kicauan
burung, kokok ayam, dan nyanyian
serangga adalah keindahan
alam yang dinamis.
Alam semesta, langit,
bumi, makhluk dan benda tidak
berbicara, dan manusialah
yang menjadi penyampai kata. Manusialah
yang berkewajiban menerjemahkan
segala keindahan alam. Manusialah
yang harus menjadi ‘Juru bicara’ alam semesta. Tetapi bukan
berarti manusia menjadi juru alam dalam segala-galanya. Manusia tidak berhak menentukan masa depan dan nasib makhluk lain.
Artikel Terkait