Perspektif Agama Konghucu Terhadap Upaya Pelestarian dan Perlindungan Hutan
Melindungi Hutan, Mengasihi Alam
Akibat ketidaktahuan, kebodohan, kesombongan, kejahatan, dan kekacauan yang diperbuat manusia,
alam telah kehilangan makanisme kerjanya yang selaras
anatara aktif pasif, yang harmonis dan seimbang dengan
siklus yang sistematis, sehingga
akhirnya mengakibatkan kekacauan
iklim dan perilaku alam.
Alam sendiri mempunyai mekanisme kerja
yang selaras dalam dinamika dan keheningan, yang harmonis, seimbang, dan
bersiklus. Alam memiliki sistem yang
rapi dalam mengatur badai, hujan,
salju, embun, dan sebagainya. Juga
siklus musim semi, panas, gugur,
dan dingin, serta pergantian siang dan malam, purnama dan tilem, pasang surut yang sistematis, yang tak pernah bergeser atau berubah
dari dulu hingga sekarang.
Keheningan alam (pasif) adalah
momen istirahat dan pemulihan bagi energi kehidupan, sementara dinamika
alam
(aktif)
adalah gelora dan berkelanjutan
energi
kehidupan itu. Sebagai contoh malam yang tenang adalah
proses istirahat dari pembaharuan energi
kehidupan yang amat penting bagi alam. Keheningan malam juga merupakan
momen terbaik yang penuh kehangatan
dan keteduhan untuk merusak belaian
kasih sang pencipta
pada manusia dan semua
makhluk. Namun, peradaban
teknologi manusia dan sikap hidup yang materialistis telah merusak keheningan malam yang indah itu, lampu-lampu yang
terang-benderang dinyatakan sepanjang
malam, membuat malam menjadi siang.
Demi pemuasan dan kenikmatan nafsu manusia, siang dan malam
telah diputar balikan.
Gaya hidup yang jungkir balik ini telah merusak proses alam dalam pemulihan energi kehidupannya. Demikian kita telah menolak rahmat kasih besar sang pencipta. Tuhanmu
yang maha pengasih.
Sementara bumi yang hening dan tenang menyimpan kelangsungan dan perkembangbiakan berjuta-juta kehidupan. Disitulah tersimpan energi
hidup yang tak berkesudahan. Namun akibat ketidaktahuan, egoisme, dan keserakahan,
manusia dengan semena-mena membuat proyek
pembangunan yang serampangan,
pembukaan lahan baru yang ceroboh,
penanaman yang tak terarah, penebangan hutan
yang liar, dan eksploitasi tanah yang besar-besaran,
yang semuanya melanggar batas
rambu-rambu kewajaran
manusia tak lagi mensyukuri
indahnya bunga, rerumputan, dan pepohonan. Topografi tanah
yang diubah sekehendak hati, dan struktur bumi yang dirusak. Ditambah lagi dengan sikap
terlalu menggunakan teknologi,
industrialisasi, dan materi, telah membuat manusia
setiap hari menciptakan berton-ton limbah mencemari
udara, air, sungai, laut, dan lingkungan yang indah, yang pada akhirnya secara perlahan namun pasti mulai meracuni dan membunuh
semua kehidupan di alam ini, termasuk manusia yang menciptakan limbah itu sendiri!.
Dengan perilaku yang egois, pongah, dan semena-mena, pantaslah manusia disebut
sebagai ‘makhluk ciptaan-Nya yang termulia?. Yang lebih mengerikan lagi adalah persaingan dan pertikaian
sengit antar manusia. Hilangnya
hati nurani, kemerosotan moralitas,
dan rusaknya budi pekerti
telah membentuk hawa kejahatan dan kesehatan yang kemudian menjadi sumbu pemicu segala bencana alam dan tragedi manusia
yang tak berkesudahan!.
Pada hakekatnya alam adalah satu kesatuan yang bulat, namun pengrusakan lingkungan dan hawa kejahatan akibat perbuatan manusia, telah mengancurkan keseimbangan dan keseriasian antara langit, bumi dan manusia, dan laksa benda. Krisis yang dibuat manusia
telah merusak keseimbangan antara
keheningan dan dinamika keserasian dan keselarasan
siklus mekanisme kerja alam yang sempurna. Rusaknya mekanisme
kerja
tersebut telah mendatangkan pembalalasan alam yang sangat dahsyat.
Mungkinkah manusia bertahan hidup
jika keadaan telah menjadi demikian?. Yang menyedihkan, bukan saja manusia, tetapi
makhluk lain pun ikut menjadi
korban, betapa sedih dan pilunya hati sang pencipta, Tuhan yang maha pengasih, menyaksikan semua ini. Wahai
umat manusia, makhluk yang termulia,
kini tibalah saatnya
untuk bertobat, merenungi nasib dan masa depan
dirimu dan makhluk lain yang hidup
berdampingan denganmu!.
Musibah hujan, badai, topan, banjir, badai salju, kemarau panjang, dan pemanasan global yang disebabkan iklim yang abnormal
telah mendatangkan penderitaan bagi berjuta-juta
kehidupan di muka bumi ini. Bencana angin,
air, api, salju, paceklik, wabah penyakit. Dan kematian makhluk
hidup yang tak terhitung jumlahnya. Industrialisasi, pendewaan teknologi, dan materialisme yang membabi buta telah mengakibatkan
polusi udara, air, tanah,
pangan, juga robeknya
lapisan ozon. Tanpa udara dan air yang bersih, tanpa
makanan higienis yang bebas dari pencemaran zat kimia dan logam, bagaimana
mungkin manusia dapat melangsungkan hidupnya.
Siapakah yang akan menyelamatkan planet bumi satu-satunya planet
tempat bergantung hidup bagi semua makhluk yang sedang terluka parah ini?
Siapakah yang
mampu menyelamatkan kita yang sedang melangkah menuju kehancuran?
dialah Nabi konghucu!
Ajaran Nabi Konghucu yang paling melindungi alam ini. Beliaulah pelopor
sejati Gerakan Cinta Lingkungan dan
Alam Spiritual. Ajaran memandang alam sebagai
ayah-ibunya, dan laksa makhluk sebagai saudaranya. Ajaran mengasihi kehidupan
semua makhluk dan semua benda yang ada di atas bumi, sekalipun hanya sekuntum bunga,
sebatang rumput, sebatang pohon,
sebutir pasir, atau pun sebongkah batu. Oleh sebab itu,
ikrar kasih beliau yang paling agung dan
luhur adalah menuntun kita
mendekati alam, kemudian mendekatkan kita dengan Tuhanmu yang pengasih, hingga
tercapai keinsyafan : Alam
adalah aku, aku adalah alam, Tuhan abadi dalam hatiku, Tuhan bersamaku selamanya.
Akhirnya
terwujudlah aman Sukacita semesta alam yang serba suci, murni, kaya berlimpah, bahagia, sejahtera, sempurna, rukun,
harmonis, penuh
kebersamaan, penuh kehangantan,
tentram, damai, bebas, dan leluasa.
Taman yang dimaksud adalah dunia damai sentosa, bumi suci, kerajaan Tuhan di dunia.
Kini ajaran Nabi Konghucu hadir untuk membimbing dan menyadarkan kita bahwa setiap orang dapat menerima inisiasi
nabi konghucu, membuka pintu hati
dan melancarkan cahaya terang nurani ke dalam wajah, jiwa,
dan perilaku kasih, niscaya alam
yang penuh kelautan, kekalutan,
dosa dan penderitaan ini akan berubah menjadi dunia damai sentosa, menjadi
bumi suci, kerajaan Tuhan di dunia akan kembali menjadi suci, bijak, dan indah.
Artikel Terkait