Kalimat Bijak :

Tuesday, July 23, 2013

Melindungi Hutan, Mengasihi Alam

Perspektif Agama Konghucu Terhadap  Upaya Pelestarian dan Perlindungan Hutan



Melindungi Hutan, Mengasihi Alam

Akibat ketidaktahuan, kebodohan, kesombongan, kejahatan, dan kekacauan yang diperbuat manusia, alam telah kehilangan makanisme kerjanya yang selaras anatara aktif pasif, yang harmonis dan seimbang dengan siklus yang sistematis, sehingga akhirnya mengakibatkan kekacauan iklim dan perilaku alam.

Alam sendiri mempunyai mekanisme kerja yang selaras dalam dinamika dan keheningan, yang harmonis, seimbang, dan bersiklus. Alam memiliki sistem yang rapi dalam mengatur badai, hujan, salju, embun,  dan  sebagainya.  Juga  siklus  musim  semi,  panas,  gugur, dan dingin, serta pergantian siang dan malam, purnama dan tilem, pasang surut yang sistematis, yang tak pernah bergeser atau berubah dari dulu hingga sekarang.

Keheningan alam (pasif) adalah momen istirahat dan pemulihan bagi energi kehidupan,  sementara dinamika  alam  (aktif)  adalah gelora  dan  berkelanjutan  energi  kehidupan  itu.  Sebagai  contoh malam yang tenang adalah proses istirahat dari pembaharuan energi kehidupan yang amat penting bagi alam. Keheningan malam juga merupakan momen terbaik yang penuh kehangatan dan keteduhan untuk merusak belaian kasih sang pencipta pada manusia dan semua makhluk. Namun, peradaban teknologi manusia dan sikap hidup yang materialistis telah merusak keheningan malam yang indah itu, lampu-lampu yang terang-benderang dinyatakan sepanjang malam, membuat malam menjadi siang.

Demi pemuasan dan kenikmatan nafsu manusia, siang dan malam telah diputar balikan. Gaya hidup yang jungkir balik ini telah merusak proses alam dalam pemulihan energi kehidupannya. Demikian kita telah menolak rahmat kasih besar sang pencipta. Tuhanmu yang maha pengasih.

Sementara bumi yang hening  dan tenang menyimpan kelangsungan dan perkembangbiakan berjuta-juta kehidupan. Disitulah tersimpan energi hidup yang tak berkesudahan. Namun akibat ketidaktahuan, egoisme, dan keserakahan, manusia dengan semena-mena membuat proyek pembangunan yang serampangan, pembukaan lahan baru yang ceroboh, penanaman yang tak terarah, penebangan hutan yang liar, dan eksploitasi tanah yang besar-besaran, yang semuanya melanggar batas rambu-rambu kewajaran manusia tak lagi mensyukuri indahnya bunga, rerumputan, dan pepohonan. Topografi tanah yang diubah sekehendak hati, dan struktur bumi yang dirusak. Ditambah lagi dengan sikap terlalu menggunakan teknologi, industrialisasi, dan materi, telah membuat manusia setiap hari menciptakan berton-ton limbah mencemari udara, air, sungai, laut, dan lingkungan yang indah, yang pada akhirnya secara perlahan namun pasti mulai meracuni dan membunuh semua kehidupan di alam ini, termasuk manusia yang menciptakan limbah itu sendiri!.

Dengan perilaku yang egois, pongah, dan semena-mena, pantaslah manusia disebut sebagai makhluk ciptaan-Nya yang termulia?. Yang lebih mengerikan lagi adalah persaingan dan pertikaian sengit antar  manusia. Hilangnya  hati  nurani,  kemerosotan  moralitas, dan rusaknya budi pekerti telah membentuk hawa kejahatan dan kesehatan yang kemudian menjadi sumbu pemicu segala bencana alam dan tragedi manusia yang tak berkesudahan!.

Pada hakekatnya alam adalah satu kesatuan yang bulat, namun pengrusakan lingkungan dan hawa kejahatan akibat perbuatan manusia, telah mengancurkan keseimbangan      dan keseriasian antara langit, bumi dan manusia, dan laksa benda.  Krisis yang dibuat  manusia  telah  merusak  keseimbangan  antara  keheningan dan dinamika keserasian dan keselarasan siklus mekanisme kerja alam yang sempurna. Rusaknya mekanisme kerja tersebut telah mendatangkan pembalalasan alam yang sangat dahsyat. Mungkinkah manusia  bertahan  hidup  jika keadaan telah menjadi demikian?. Yang menyedihkan, bukan saja manusia, tetapi makhluk lain pun ikut menjadi korban, betapa sedih dan pilunya hati sang pencipta, Tuhan yang maha pengasih, menyaksikan semua ini. Wahai umat manusia, makhluk yang termulia, kini tibalah saatnya untuk bertobat, merenungi nasib dan masa depan dirimu dan makhluk lain yang hidup berdampingan denganmu!.

Musibah hujan, badai, topan, banjir, badai salju, kemarau panjang, dan pemanasan global yang disebabkan iklim yang abnormal telah mendatangkan penderitaan bagi berjuta-juta kehidupan di muka bumi ini. Bencana angin, air, api, salju, paceklik, wabah penyakit. Dan kematian makhluk hidup yang tak terhitung jumlahnya. Industrialisasi, pendewaan teknologi, dan materialisme yang membabi buta telah mengakibatkan polusi udara, air, tanah, pangan, juga robeknya lapisan ozon. Tanpa udara dan air yang bersih, tanpa makanan higienis yang bebas dari pencemaran zat kimia dan logam, bagaimana mungkin manusia dapat melangsungkan hidupnya.

Siapakah yang akan menyelamatkan planet bumi satu-satunya planet tempat bergantung hidup bagi semua makhluk yang sedang terluka parah ini?  Siapakah yang mampu menyelamatkan kita yang sedang melangkah menuju kehancuran? dialah Nabi konghucu!

Ajaran Nabi Konghucu yang paling melindungi alam ini. Beliaulah pelopor sejati Gerakan Cinta Lingkungan dan Alam Spiritual. Ajaran memandang alam sebagai ayah-ibunya, dan laksa makhluk sebagai saudaranya. Ajaran mengasihi kehidupan semua makhluk dan semua benda yang ada di atas bumi, sekalipun hanya sekuntum bunga, sebatang rumput, sebatang pohon, sebutir pasir, atau pun sebongkah batu. Oleh sebab itu, ikrar kasih beliau yang paling  agung dan  luhur  adalah  menuntun  kita  mendekati  alam, kemudian mendekatkan kita dengan Tuhanmu yang pengasih, hingga tercapai keinsyafan : Alam adalah aku, aku adalah alam, Tuhan abadi dalam hatiku, Tuhan bersamaku selamanya.

Akhirnya terwujudlah aman Sukacita semesta alam yang serba suci, murni, kaya berlimpah, bahagia, sejahtera, sempurna, rukun, harmonis,  penuh  kebersamaan,  penuh  kehangantan,  tentram, damai, bebas, dan leluasa. Taman yang dimaksud adalah dunia damai sentosa, bumi suci, kerajaan Tuhan di dunia.

Kini ajaran Nabi Konghucu hadir untuk membimbing dan menyadarkan kita bahwa setiap orang dapat menerima inisiasi nabi konghucu, membuka pintu hati dan melancarkan cahaya terang nurani ke dalam wajah, jiwa, dan perilaku kasih, niscaya alam yang penuh kelautan, kekalutan, dosa dan penderitaan ini akan berubah menjadi dunia damai sentosa, menjadi bumi suci, kerajaan Tuhan di dunia akan kembali menjadi suci, bijak, dan indah.

Oleh sebab itu, melindungi hutan adalah mengasihi alam, marilah kita berjuang bersama untuk mewujudkan tibanya hari abad nurani. Mari berjuang bersama membangun dan memenuhi alam ini dengan atmosfir yang penuh sukacita, hawa kebenaran dan keadilan, getaran yang bijak, penuh kasih, damai, sejahtera, dan sentosa. Sesunguhnya alam adalah surga. Alam adalah bumi suci yang paling nyata dan sejati.


Artikel Terkait