Perspektif Agama Konghucu Terhadap Upaya Pelestarian dan Perlindungan Hutan
Mengasihi Alam, mengasihi Tuhan Yang Maha Pengasih
Alam adalah kata ganti untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, Tuhan menciptakan
langit, bumi dan manusia. Tuhanlah yang mendengarkan surya dan
rembulan, menghidupkan laksa makhluk dan benda, yang semuanya berlangsung
dengan begitu wajar dan alami! Tiada kekakuan,
tiada ikatan batin, tiada pamrih dan kemunafikan. Bahkan tidak meninggalkan
bekas jejak apapun!
Tuhan Yang Maha pengasih
adalah sang penguasa langit, bumi, manusia,
dan laksa makhluk. Sekalipun menjadi empunya alam semesta.
Namun Tuhan tidak dominatif! Alam semesta beserta segala
bentuk kehidupan tetap berjalan secara wajar dan alami.
Mata kita dapat melihat, telinga mendengar, hidung
membaui, lidah mengecap, mulut
berbicara, tangan dan kaki bekerja
dengan baik, badan merasakan panas dingin. Otak berfikir, jantung berdetak, lambung mencerna, darah bersirkulasi, lever menetralisir racun, dan sebagainya. Semua ini
tampak begitu alamiah, seolah
tidak ada yang mengatur, namun dibalik
ini semua, Tuhanlah yang bekerja! Sungguh agung
dan luar biasa. Inilah manifestasi kebesaran kasih dan rahmat Tuhan yang tak terhingga.
Rahmat kasih Tuhan yang tak terhingga berpancar dan terukir jelas dalam alam semesta. Tuhan tidak berwujud rupa, tak terlihat, tak tersentuh, tak bersuara, tak terdengar, tak beraroma, tak terbaui,
serta melampaui batas pikiran, penngetahuan dan imajinasi. Namun melalui karyaNya : surya,
rembulan, binatang, gunung, laut,
sungai hingga ke sekuntum bunga, rumput, pohon, pasir, batu, dan sebagainya, Tuhan menunjukan kemaha beradaannya.
Dimanapun kita berada, sekali pun di ujung langit atau dasar laut, di puncak gunung, atau di tepi pantai, di padang pasir atau di padang rumput, di atas bumi atau di ruang
angkasa, di sudut mana pun dalam semesta raya ini, kita tetap
berada dalam rangkulan Tuhanmu, sang maha pengasih.
Kala kita
menerima siraman cahaya surya dan rembulan : merasakan hembusan
angin, keteduhan
awan dan rintik hujan
: atau dikala kita menikmati sesuap
demi sesuap nasi,
sayur segar, teh, kopi,
jus, atau madu, pernahkah kita menyadari betapa semua ini adalah karunianya? Umumnya
kita menganggap semua kejadian
ini sebagai sebuah kewajaran, namun dibalik kewajaran inilah,
tersimpan kasih dan perhatian Tuhan yang tak berkesudahan.
Langit
biru yang luas tanpa batas, gumpalan awan dengan sejuta bentuk, sinar fajar yang penuh gairah,
pelangi yang indah, kilauan senja yang lembut, bintang yang gemerlap di malam hari, adalah curahan kasih
Tuhan terhadap kita. Bunyi riak air,
rintikan hujan, desiran angin, kicauan burung,
kokok
ayam dan fenomena lainnya yang tak terhitung, adalah bisikan kasih dan sapaanNya
yang lembut kepada
kita.
Ketika kita menatap langit, bumi, manusia,
dan laksa makhluk, atau kala kita melihat matahari, bulan, bintang, gunung, laut,
sungai, atau hanya sekuntum
bunga, rumput, pohon, pasir,
batu, dan lainnya, kita dapat merasakan betapa Tuhan maha berada, Tuhan menyertaiku senantiasa. Tuhan ada disekitarku, Tuhan ada dalam hatiku. Aku tidak sepi, aku tidak sendiri….
Angin yang sepoi-sepoi membelai wajah, bunga yang harum semerbak
air yang segar, buah yang manis, sayur yang lezat, rasa nyaman di kedua kaki yang terndam di air sungai
yang dingin, udara gunung yang segar, adalah
siraman kasih sayang Tuhan yang penuh
kehangatan. Unggas yang terbang
di angkasa, hewan yang berlarian di daratan, maupun ikan yang hidup dalam air adalah sebuah ungkapan Tuhan yang sempurna tentang
kemuliaan, kemelaratan, dan keagungan hidup semua makhluk. Mereka adalah saudara-saudara kita, sehingga
pada hakekatnya, kita sama sekali tidak kesepian
dalam perjalanan hidup ini.
Berbaring di padang rumput, bersantai di bawah pohon rindang, mendaki ke puncak gunung, bermain air di
pinggir sungai, atau berenang di laut, dimanapun kita menginjakan kaki, kita
tetap berada dalam pelukan kasih sayang
Tuhan, bukankah kita sungguh
bahagia dan diberkati?
Bergelegarnya
halilintar, suara hujan lebat, dan gemuruh angin yang kuat, gelombang ombak yang mencekam, adalah suara Tuhan yang terus memanggil kita untuk cepat sadar, bangkit
dari kesesatan dan bertobat.
Melindungi alam membuat kita menjadi semakin
mengasihi Tuhan Yang Maha Pengasih.
Sebab melalui alam dengan segala aspeknya, kita dapat merasakan betapa Tuhan senantiasa
ada dalam hatiku dan menyertai
hidupku. Dan alangkah indah, berlimpah, dan bahagianya hidup ini, sebab begitu banyak saudara alam menemani
perjalanan hidupku.
Akhir kata, kita dapat menyimpulkan bahwa memahami alam membuat kita memahami kehidupan kita sendiri, Memahami alam akan
membuat kita memahami kasih nabi konghucu. Lebih lanjut membuat kita memahami pribadi Tuhan Yang Maha pengasih dan penyayang. Ternyata,
Tuhan, Nabi Konghucu, alam, dan kita, adalah satu kesatuan yang bulat! Sebab itu ,
melindungi alam berarti mengasihi, menghormati, dan bersyukur,
pada langit, bumi, manusia, dan laksa benda lainnya. Melindungi alam adalah menghormati dan bersyukur kepada Tuhan yang maha pengasih.
Catatan :
(1) Aksara
(baca : Mu) tercatat pertama kali dalam literatur Jia GU dari dinasti shang.
Baru mengalami perubahan bentuk
penulisan menjadi seperti
yang dikenal hingga
sekarang pada masa setelah dinasti Chin dan Han. Tuhan berarti bundanya
langit dan Bumi, bunda segala kehidupan,
semua Buddha dan Nabi, bunda semua Roh,
bunda hati nurani dan semua bentuk kehidupan.
Artikel Terkait