Kalimat Bijak :

Tuesday, July 23, 2013

Mengasihi Alam, mengasihi Tuhan Yang Maha Pengasih

Perspektif Agama Konghucu Terhadap  Upaya Pelestarian dan Perlindungan Hutan



Mengasihi Alam, mengasihi Tuhan Yang Maha Pengasih

Alam adalah kata ganti untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, Tuhan menciptakan langit, bumi dan manusia. Tuhanlah yang mendengarkan surya dan rembulan, menghidupkan laksa makhluk dan  benda,  yang  semuanya  berlangsung  dengan  begitu  wajar dan alami! Tiada kekakuan, tiada ikatan batin, tiada pamrih dan kemunafikan. Bahkan tidak meninggalkan bekas jejak apapun! Tuhan Yang Maha pengasih adalah sang penguasa langit, bumi, manusia, dan laksa makhluk. Sekalipun menjadi empunya alam semesta. Namun Tuhan tidak dominatif! Alam semesta beserta segala bentuk kehidupan tetap berjalan secara wajar dan alami.

Mata kita dapat melihat, telinga mendengar, hidung membaui, lidah mengecap, mulut berbicara, tangan dan kaki bekerja dengan baik, badan merasakan panas dingin. Otak berfikir, jantung berdetak, lambung mencerna, darah bersirkulasi, lever menetralisir racun, dan sebagainya. Semua ini tampak begitu alamiah, seolah tidak ada yang mengatur, namun dibalik ini semua, Tuhanlah yang bekerja!  Sungguh agung dan luar biasa. Inilah manifestasi kebesaran kasih dan rahmat Tuhan yang tak terhingga.

Rahmat kasih Tuhan yang tak terhingga berpancar dan terukir jelas dalam alam semesta. Tuhan tidak berwujud rupa, tak terlihat, tak tersentuh, tak bersuara, tak terdengar, tak beraroma, tak terbaui, serta melampaui batas pikiran, penngetahuan dan imajinasi. Namun melalui karyaNya : surya, rembulan, binatang, gunung, laut, sungai hingga ke sekuntum bunga, rumput, pohon, pasir, batu, dan sebagainya, Tuhan menunjukan kemaha beradaannya.

Dimanapun kita berada, sekali pun di ujung langit atau dasar laut, di puncak gunung, atau di tepi pantai, di padang pasir atau di padang rumput, di atas bumi atau di ruang angkasa, di sudut mana pun dalam semesta raya ini, kita tetap berada dalam rangkulan Tuhanmu, sang maha pengasih.

Kala kita menerima siraman cahaya surya dan rembulan : merasakan hembusan angin, keteduhan awan dan rintik hujan : atau dikala kita menikmati sesuap demi sesuap nasi, sayur segar, teh, kopi, jus, atau madu, pernahkah kita menyadari betapa semua ini adalah karunianya?  Umumnya kita menganggap semua kejadian ini sebagai sebuah kewajaran, namun dibalik kewajaran inilah, tersimpan kasih dan perhatian Tuhan yang tak berkesudahan.

Langit biru yang luas tanpa batas, gumpalan awan dengan sejuta bentuk, sinar fajar yang penuh gairah, pelangi yang indah, kilauan senja yang lembut, bintang yang gemerlap di malam hari, adalah curahan kasih Tuhan terhadap kita. Bunyi riak air, rintikan hujan, desiran angin, kicauan burung, kokok ayam dan fenomena lainnya yang tak terhitung, adalah bisikan kasih dan sapaanNya yang lembut kepada kita.

Ketika kita menatap langit, bumi, manusia, dan laksa makhluk, atau kala kita melihat matahari, bulan, bintang, gunung, laut, sungai, atau hanya sekuntum bunga, rumput, pohon, pasir, batu, dan lainnya, kita dapat merasakan betapa Tuhan maha berada, Tuhan menyertaiku senantiasa. Tuhan ada disekitarku, Tuhan ada dalam hatiku. Aku tidak sepi, aku tidak sendiri….

Angin yang sepoi-sepoi membelai wajah, bunga yang harum semerbak air yang segar, buah yang manis, sayur yang lezat, rasa nyaman di kedua kaki yang terndam di air sungai yang dingin, udara gunung yang segar, adalah siraman kasih sayang Tuhan yang penuh kehangatan. Unggas yang terbang di angkasa, hewan yang berlarian di daratan, maupun ikan yang hidup dalam air adalah sebuah ungkapan Tuhan yang  sempurna  tentang  kemuliaan,  kemelaratan,  dan  keagungan hidup semua makhluk. Mereka adalah saudara-saudara kita, sehingga pada hakekatnya, kita sama sekali tidak kesepian dalam perjalanan hidup ini.

Berbaring di padang rumput, bersantai di bawah pohon rindang, mendaki ke puncak gunung, bermain air di pinggir sungai, atau berenang di laut, dimanapun kita menginjakan kaki, kita tetap berada dalam pelukan kasih sayang Tuhan, bukankah kita sungguh bahagia dan diberkati?
Bergelegarnya halilintar, suara hujan lebat, dan gemuruh angin yang kuat, gelombang ombak yang mencekam, adalah suara Tuhan yang terus memanggil kita untuk cepat sadar, bangkit dari kesesatan dan bertobat.

Melindungi alam membuat kita menjadi semakin mengasihi Tuhan Yang Maha Pengasih. Sebab melalui alam dengan segala aspeknya, kita dapat merasakan betapa Tuhan senantiasa ada dalam hatiku dan menyertai hidupku. Dan alangkah indah, berlimpah, dan bahagianya hidup ini, sebab begitu banyak saudara alam menemani perjalanan hidupku.

Akhir kata, kita dapat menyimpulkan bahwa memahami alam membuat kita memahami kehidupan kita sendiri, Memahami alam akan membuat kita memahami kasih nabi konghucu. Lebih lanjut membuat kita memahami pribadi Tuhan Yang Maha pengasih dan penyayang. Ternyata, Tuhan, Nabi Konghucu, alam, dan kita, adalah satu kesatuan yang bulat! Sebab itu , melindungi alam berarti mengasihi, menghormati, dan bersyukur, pada langit, bumi, manusia, dan laksa benda lainnya. Melindungi alam adalah menghormati dan bersyukur kepada Tuhan yang maha pengasih.

Catatan :
(1)  Aksara (baca : Mu) tercatat pertama kali dalam literatur Jia GU dari dinasti shang. Baru mengalami perubahan bentuk penulisan menjadi seperti yang dikenal hingga sekarang pada masa setelah dinasti Chin dan Han. Tuhan berarti bundanya langit dan Bumi, bunda segala kehidupan, semua Buddha dan Nabi, bunda semua Roh, bunda hati nurani dan semua bentuk kehidupan.


Artikel Terkait