Pasar Metanol di Amerika Serikat telah berkembang
dengan baik (di atas US$
4 milyar), terutama diperlukan sebagai bahan bakar alternatif bagi
transportasi. Adanya undang-undang yang mendorong digunakannya bahan bakar
hijau akan lebih mendorong penggunaan metanol.
Pada tahun 2007, China menjadi produsen dan
sekaligus konsumen metanol terbesar di dunia. Di negeri ini, metanol digunakan
untuk transportasi (taxi dan bus) dalam bentuk M85 dan M100. Akan tetapi
metanol dijual di pompa bensin dengan campuran yang rendah (M15). Di China saat
ini, metanol masih dibuat dari bahan baku gas alam dan batubara. Di masa
mendatang China akan mengembangkan hutan tanaman sebagai sumber bahan bakunya.
Di Amerika Serikat, penggunaan metanol untuk
kendaraan bermotor menggunakan M85 dengan pertimbangan keamanan. M100 digunakan
untuk mobil balab. Diterimanya produk biofuel dari biomassa tergantung pada
dapatnya memberikan manfaat lingkungan dan keuntungan sosial yang lebih baik.
Mesin M3X oleh karenanya cocok dikembangkan di daerah terpencil dan dapat
menunjang pembangunan Desa Mandiri.
Menurut Lotus
Engineering UK, industri otomotif perlu didorong untuk memproduksi model
mesin otomotif generasi baru yang dalam 5-10 tahun mendatang dikenal dengan
mesin otomotif “Flexy-Fuel (FFV)”
yang dapat menggunakan berbagai macam campuran bahan bakar fosil (fosil fuel) dan bio fuel. Industri
otomotif seperti Ford, DaimlerChrysler, General Motor (AS); Mercedes Benz, BMW
(Jerman); Lotus (Inggris), Volvo (Swedia), Greeley Automotive, Chery
Automotive, Shanghai Automotive, Huapa Automotive, Chang’an Automotive (China); dan Kawasaki
Motor (Jepang), sedang menuju ke FFV. Masih menurut Lotus Engineering, dalam 15-20 tahun mendatang biometanol akan
menjadi bahan bakar standar dunia.
Sinergi antara PLN (PLTD) dan masyarakat dapat direkat oleh pabrik biometanol yang mobile. Ia akan menghasilkan lapangan kerja baru bagi masyarakat, tersedia pasar yang pasti (PLTD/Captive market). PLN pun memperoleh kepastian dan suplai bahan baku berkelanjutan dari hutan tanaman yang dibangun masyarakat. Uang hasil perdagangan akan tetap beredar di daerah dan dapat membangkitkan perekonomian desa. Desa tersebut dapat mendeklarasikan dirinya sebagai Desa Hijau dan Desa Mandiri yang berhak menerima transfer dana karbon, baik melalui mekanisme REDD, CDM/KP, atau pun mekanisme sukarela (VCM).
Sinergi antara PLN (PLTD) dan masyarakat dapat direkat oleh pabrik biometanol yang mobile. Ia akan menghasilkan lapangan kerja baru bagi masyarakat, tersedia pasar yang pasti (PLTD/Captive market). PLN pun memperoleh kepastian dan suplai bahan baku berkelanjutan dari hutan tanaman yang dibangun masyarakat. Uang hasil perdagangan akan tetap beredar di daerah dan dapat membangkitkan perekonomian desa. Desa tersebut dapat mendeklarasikan dirinya sebagai Desa Hijau dan Desa Mandiri yang berhak menerima transfer dana karbon, baik melalui mekanisme REDD, CDM/KP, atau pun mekanisme sukarela (VCM).
Pertimbangan untuk mengembangkan pabrik bio fuel di
Indonesia, utamanya di daerah terpencil, tidak harus menunggu harga minyak
mentah mencapai US$ 80
per barrel, karena harga solar di daerah tersebut sudah sangat mahal, yaitu
antara Rp. 8.500,- sampai Rp. 30.000,- per liter (Info dari industri logging
dan PLN/PLTD).
Potensi pasar bio fuel Indonesia sendiri sangat
besar mengingat :
- Sejak tahun 2004, Indonesia sudah menjadi negara net-importer BBM;
- Cadangan minyak bumi akan habis dalam 10 tahun mendatang;
- Pemerintah memiliki program substitusi energi nasional sebanyak 10% dengan bahan alternatif terbarukan;
- Banyak wilayah terpencil di Indonesia yang belum terjangkau aliran listrik dan atau menggunakan tenaga listrik dari PLTD yang sering terganggu suplai BBM-nya sehingga mahal harganya;
- Indonesia saat ini sebagai pengimpor metanol (dari gas alam/batubara) untuk kebutuhan industrinya (industri kimia) dan pengolahan limbah (nitrat).
Artikel Terkait