Sengon (Paraseriathes falcataria), adalah tanaman berkayu yang sudah sangat akrab di kalangan petani, khususnya di pulau Jawa. Tanaman yang memiliki sebutan lain Albisia, Albasia, atau Jeungjing ini tergololong jenis yang cepat tumbuh, mudah dibudidayakan, namun memiliki harga yang cukup baik di pasaran, karena menjadi sumber bagi bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Tidak hanya batang pokoknya saja, namun hingga ke cabang dan rantingnya pun dikumpulkan untuk kebutuhan pabrik pulp dan kertas tersebut.
Dengan berbagai keunggulan dan peluang pasar yang baik, banyak petani yang awalnya acuh tak acuh dengan tanaman ini, akhirnya mulai melirik pembudidayaannya. Selain dengan pola monokultur, banyak yang mengembangkan tanaman ini di lahan/kebunnya dengan pola tumpangsari (agroforestri). Teknik pencangkokan sengon sebenarnya digagas pertama kali dengan adanya permasalahan para petani salak di Sedayu, Kabupaten Banjarnegara sekitar tahun 1990-an. Saat itu harga salak pondoh sangat jatuh, sehingga masyarakat beralih menanam sengon diantara tanaman salaknya. Permasalahan terjadi, ketika banyak anakan sengon yang ditanam diantara tanaman salak yang sudah besar, ternyata kalah bersaing dengan tanaman salak yang relatif cepat pertumbuhannya. Berdasarkan pengalaman masyarakat setempat, jika yang ditanam sengon yang sudah besar, maka pertumbuhannya akan lebih baik dan mampu bersaing dengan tanaman salak. Salah satu cara mendapatkan anakan sengon yang sudah besar, adalah dengan mencangkok sengon yang telah ada sebelumnya, yang mana hasil cangkokannya kemudian dipindahkan/ditanam diantara pohon salak.
Teknik mencangkok tanaman sengon sangat sederhana, yaitu dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pemilihan Pohon Induk :
Pilih tanaman sengon sebagai pohon induk yang berumur kurang lebih satu tahun (atau dengan diameter batang 3-5 cm), kondisinya sehat dan pertumbuhannya baik.
Teknik Pencangkokan :
| ||
1.
|
Pencangkokan dimulai dari bagian pangkal batang tanaman sengon kira-kira 5-10 cm di atas permukaan tanah.
| |
2.
|
Caranya adalah dengan mengupas kulit sengon sepanjang 5-8 cm ke arah atas batang secara melingkar, dan jangan sampai melukai kayunya.
| |
3.
|
Tutup bekas kupasan tadi dengan :
| |
a. Tanah yang basah, atau
| ||
b. Sabut kelapa yang telah direndam selama 3 sampai 5 hari, atau
| ||
c. Rumput segar yang ada di sekitar tanaman sengon.
| ||
Ketebalan penutupan bekas kupasan sampai kira-kira 1 cm melebihi batang sengon yang dicangkok.
| ||
4.
|
Jika menggunakan tanah basah, bungkus tanah yang digunakan sebagai media tadi dengan plastik atau sabut kelapa. Jika menggunakan sabut kelapa atau rumput segar, tidak perlu ditutup lagi dengan plastik atau sabut kelapa.
| |
5.
|
Pada bagian ujung atas dan bawah bungkusan/penutup cangkokan diikat kuat dengan tali plastik.
| |
6.
|
Pencangkokan ini dapat dilakukan kapan saja, baik pagi, siang atau sore hari, pada musim hujan maupun bukan pada musim hujan.
| |
7.
|
Bila pencangkokan dilakukan bukan pada musim hujan, cangkokan tadi disiram dua sampai tiga kali sehari.
|
Pemindahan Hasil Cangkokan : | |
1.
|
Pemindahan hasil cangkokan dilakukan apabila akar tanaman pada bagian pencangkokan telah tumbuh lebat secara melingkar (merata) pada lingkaran batang cangkokan, atau setelah dua sampai tiga bulan setelah dicangkok.
|
2.
|
Caranya adalah dengan memotong batang sengon cangkokan kira-kira satu atau dua centimeter di bawah ikatan tali cangkokan bagian bawah (pangkal). Usahakan agar akar-akar yang tumbuh di bagian cangkokan tidak terpotong.
|
3.
|
Memotong sebaiknya dilakukan dengan menggergaji, karena dengan peralatan ini kurang menimbulkan goncangan pada batang/cabang yang dapat mengakibatkan tanah cangkokan menjadi terurai.
|
Perlakuan pada Pohon Induk :
Pada bekas potongan pada batang induk, sebaiknya diberi cat agar tidak membusuk, dan agar cepat timbul tunas baru lagi. Jika pada pohon induk tersebut tumbuh banyak tunasnya, pilihlah tiga tunas yang pertumbuhannya terbaik, tunas lainnya dipangkas saja. Dari ketiga tunas tadi, pilih salah satu sebagai pengganti tanaman induk (dibiarkan tumbuh menjadi batang pokok), dan dua tunas lainya disiapkan untuk pencangkokan berikutnya, yang tentunya disesuaikan dengan persyaratan besarnya diameter batang atau umur cabang (kesiapan batang) untuk dapat dicangkok.
Demikian teknik pencangkokan tanaman sengon, selamat mencoba, semoga bermanfaat.
Penanaman :
|
Sumber : Majalah “Kenari” (Komunikasi Edukasi waNA lestaRI), Edisi 03 tahun 2008.
Artikel Terkait