TEKNIK PEMBUATAN PUPUK BOKASHI (PUPUK ORGANIK)
Dewasa ini, seiring dengan berkembangnya gaya konsumsi “green consumerisme”, para produsen bahan-bahan baku untuk industri terutama industri bahan makanan dituntut menghasilkan produk bahan baku yang selain bermutu baik, juga tidak mengandung bahan kimiawi bawaan sebagai akibat penggunaan pupuk kimia selama masa pertumbuhan/ pembudidayaanya (pupuk maupun pestisida). Contohnya, produk Kakao sebagai bahan baku pembuatan coklat. Importir bijih Kakao di luar negeri menuntut agar bijih kakao yang diekspor padanya harus bebas dari bahan kimia alias dalam proses pertumbuhannya terbebas dari penggunaan bahan kimiawi baik pupuk maupun pestisida. Guna menghindari tidak terbelinya produk bijih Kakao, para petani produsen bijih Kakao mau tidak mau harus mulai menggunakan bahan organik bagi tanaman Kakao-nya, salah satunya adalah dengan menggunakan pupuk organik (Bokashi).
Berkaitan dengan penggunaan pupuk organik ini, pada awalnya petani tentu akan mengalami kesulitan karena :
1. Petani kita belum terbiasa menggunakan pupuk organik, karena selama ini dimanjakan dengan penggunaan pupuk buatan yang siap pakai yang banyak dijual murah di pasaran seperti Urea, TSP, KCL, dan lain-lain.
2. Peredaran pupuk organik di pasaran belum banyak ditemukan. Kalau-pun ada, harganya cukup mahal.
Namun, dengan ditemukannya teknik pembuatan pupuk organik Bokashi, keluhan para petani akan terjawab, bahkan menjadi salah satu peluang bisnis tersendiri. Pupuk Bokashi ini bisa dibuat sendiri dengan proses yang sangat sederhana dari bahan-bahannya yang sangat mudah diperoleh di sekitar petani itu sendiri. Pupuk Bokashi hasil buatan petani tersebut selain untuk digunakan sendiri, juga dapat dijual sebagai penghasilan tambahan.
Apakah itu Bokashi?
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4). EM4 mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa. Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional.
Sebenarnya bokashi adalah sebuah metode pengomposan yang dapat menggunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, yang biasanya berupa campuran molasses, air, starter mikroorganisme, dan sekam padi. Kompos yang sudah jadi dapat digunakan sebagian untuk proses pengomposan berikutnya, sehingga proses ini dapat diulang dengan cara yang lebih efisien. Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat diinokulasikan dari material sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora jamur, cacing, ragi, acar, sake, miso, natto, anggur, bahkan bir, sepanjang material tersebut mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan.
Dalam proses pengomposan di tingkat rumah tangga, sampah dapur umumnya menjadi material yang dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan yang menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji kayu, ataupun kulit gandum dan batang jagung (Yusuf, 2000). Mikroorganisme starter umumnya berupa bakteri asam laktat, ragi, atau bakteri fototrofik yang bekerja dalam komunitas bakteri, memfermentasikan sampah dapur dan mempercepat pembusukan materi organik.
Umumnya pengomposan berlangsung selama 10-14 hari. Kompos yang dihasilkan akan terlihat berbeda dengan kompos pada umumnya; kompos bokashi akan terlihat hampir sama dengan sampah aslinya namun lebih pucat. Pembusukan akan terjadi segera setelah pupuk kompos ditempatkan di dalam tanah. Pengomposan bokashi hanya berperan sebagai pemercepat proses pembusukan sebelum material organik diberikan ke alam.
Pupuk Bokashi, menurut Wididana et al (1996) dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk bokashi tidak meningkatkan unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk anorganik masih diperlukan (Cahyani, 2003).
Pupuk bokashi, seperti pupuk kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang keras seperti tanah podzolik sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk density tanah (Susilawati, 2000, dan Cahyani, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Cahyani (2003), Penambahan pupuk bokashi berbahan dasar arang sekam padi dapat meningkatkan nilai batas cair dan batas plastis tanah latosol, namun terjadi peningkatan indeks plastisitas. Penambahan bokashi arang sekam padi juga berpengaruh terhadap kekuatan geser tanah dan peningkatan tinggi maksimum tanaman. Bokashi juga dapat digunakan untuk mengurangi kelengketan tanah terhadap alat dan mesin bajak sehingga dapat meningkatkan performa alat dan mesin bajak (Yusuf, 2000), dengan pengaplikasian bokashi sebelum pengolahan tanah dilakukan.
Penggunaan pupuk organik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pupuk kimiawi, yaitu :
1. Ramah lingkungan, karena selain dapat dihancurkan (membusuk dan hancur), pupuk organik juga hanya mempengaruhi struktur fisik tanah (tanah menjadi lebih gembur, aerasi dan hidrologi tanah menjadi lebih baik) dan tidak mempengaruhi struktur kimiawi tanah sebagaimana pengaruh pupuk anorganik (kimiawi), sehingga tanah selalu tetap subur, dan tidak terkontaminasi bahan kimiawi.
2. Produk bahan makanan yang dihasilkan dari penggunaan pupuk organik ini tidak mengandung bahan beracun/ bahan kimiawi sehingga tidak berdampak buruk bagi kesehatan.
3. Bahan bakunya mudah diperoleh, yaitu dari alam itu sendiri yang terikat dalam suatu siklus biologis.
Bagaimakah cara pembuatan pupuk organik (Bokashi) itu?
Ada 5 jenis pupuk Bokashi yang dapat dibuat, didasarkan pada jenis bahan baku yang digunakannya, yaitu :
4. Bokashi pupuk kandang-tanah, dan
Artikel Terkait