III. Krisis Lingkungan Hidup
Krisis lingkungan hidup telah mengancam kenyamanan tempat tinggal manusia. Kerusakan lingkungan hidup telah membuat ekologi (keseimbangan lingkungan) terganggu, sehingga hubungan organisme antara unsure alam yang satu dengan yang lain mengalami destabilisasi (ketidak stabilan). Dengan situasi demikian maka alam dengan hukumnya sendiri sedang mengalami penyesuaian- penyesuaian. Bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi dan suhu panas bumi yang semakin tinggi merupakan akumulasi dari situasi unsur alam, planet dan hutan dan sebagainya. Yang sedang mengalami perubahan-perubahannya situasi labil dan rawan) karena kerusakan- kerusakan yang dialami.
Sebenarnya ini semua merupakan dampak dari ulah manusia.
Ternyata pengelolaan lingkungan hidup secara bertanggung jawab belumlah menjadi “Budayanya” tanpa penghargaan dan penghormatan hak-hak hidup makhluk ciptaan lain. Manusia berlomba-lomba menguras isi perut bumi, hutan dan kandungan- kandungan lainnya untuk memenuhi nafsu dan kepentingan- kepentingannya sendiri.
Krisis ini menuntut keseriusan berfikir dan bertindak demi masa depan yang lebih baik dan jauh dari bencana-bencana yang memprihatinkan. Dalam banyak hal manusia perlu membenahi diri dan bertindak secara arif agar dapat menghindari dari keadaan- keadaan yang menyengsarakan diri sendiri dan generasi berikutnya.
Persediaan sumber alam harus memadai dan dirawat secara baik dan bertanggung jawab supaya manusia-manusia yang akan lahir tidak menjadi korban kelaparan, bencana, dan sebagainya karena ulah generasai yang lalu yang tidak bertanggung jawab dan ceroboh serta egois. Sejak penerbitan hasil penyelidikan pertama “kelompok Roma” mengenai” batas pertumbuhan” Tahun 1972 tampak bahwa bukan hanya banyaknya masalah ekologi yang muncul melainkan juga keruwetan-keruwetan masalah terus bertambah kompleks. Ancaman terhadap masa depan bumi dan umat manusia semakin serius. Mula - mula yang menjadi masalah pokok kelaparan karena kurangnya bahan makanan dan sumber makan dipermukaan bumi. Akibatnya timbul kelaparan diberbagai belahan bumi. Kini yang menjadi masalah hangat bukan hanya kelaparan, melainkan semakin memanasnya suhu bumi serta semakin memanasnya lubang lapisan ozon yang disebabkan oleh penebangan dan pembakaran hutan tropis secara berlebihan. (a.1 pembukaan lahan perkebunan). Hujan yang mulai berkurang yang menyebabkan kawasan pertanian mulai mengering. Tanah pecah dan hasil bumi terus merosot. Malah dalam waktu 20 tahun lagi konferensi “ Lingkungan hidup dan perkembangan” yang diselenggarakan oleh PBB pada tahun 1992 di Rio Janeiro (Brazilia), kembali menegaskan bahwa dunia kita sedang ditimpa keadaan yang mencemaskan banyak orang. Ratusan juta manusia belum lepas dari cengkraman kelaparan, hingga kini belum tampak perbaikan keadaan. Peredaran musim mengalami perubahan. Persediaan air minum semakin panas. Krisis sedang melanda bumi dan segala kandungannya.
Artikel Terkait